Gunarti Yahya, DCN, MKes, RD & Nazhif Gifari, SGz, MSi
Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah kesehatan yang serius dengan insiden kejadianya meningkat cepat dan lebih dari satu juta orang dengan CKD meninggal setiap tahunnya. Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2018), prevalensi gagal ginjal kronis tahun 2013 sebesar 2% meningkat pada tahun 2018 sebesar 3.8%. Faktor risiko utama Penyakit Ginjal Kronis di Indonesia adalah hipertensi (38%), obesitas (28,8%) dan DM (8.5%). Oleh karena itu, untuk mencegah keperarahan diperlukan pemenuhan gizi spesifik dengan gizi yang tepat.
Pemenuhan gizi spesifik pada pasien PGK dapat membantu untuk mempercepat proses pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain. Salah satu jenis diet yang saat dibincang terkait dengan ginjal adalah PLADO Diet, yaitu plant-dominant low-protein diet (PLADO Diet) yang berfokus pada pemberian makanan rendah protein dan dominasi makanan yang berasal dari nabati sebesar 0.6-0.8 g/kg/hari, diet ini memberikan hasil dapat membantu menurunkan tekanan intraglomerulus, mengurangi beban ginjal dan mampu mempertahankan fungsi ginjal jangka panjang. PLADO Diet ini selain memiliki manfaat pada perbaikan ginjal ternyata juga dapat membantu menurunkan kadar urea, menurunkan risiko batu ginjal dan membantu mengontrol tekanan darah. Oleh karena itu, pemberian PLADO Diet yang sebagian besar bersumber dari protein nabati ini bisa menjadi alternatif dalam perbaikan status gizi pada pasien PGK.
Kedelai merupakan sumber protein nabati berkualitas tinggi dan mengandung isoflavon (genistein dan daidzein). Isoflavon ini yang mempu dalam menurunkan serum creatine, phospor, CRP dan proteinuria pada pasian pre-dialisis. Pada PLADO Diet ini hampir 70% bersumber dari protein nabati, dan pada sumber protein hewani hanya memberikan kontribusi sebesar 30% dari total protein harian. Protein kedelai mengandung profil asam amino unik yang berbeda dari peptida hewan dan kedelai termasuk 4 hingga 20 asam amino. Pada PLADO diet juga menyarankan rendah asupan natrium sekitar <3 g/hari, tinggi serat sekitar 25–30 g/hari dan asupan energi 30–35 Kal/kg/hari BBI. Beberapa hasil penelitian pada penerapan PLADO diet ini menyarankan beberapa alternatif kebutuhan protein yaitu sebesar 0.5 g/kg/hari atau 35 g/hari, 0.6 g/kg/hari atau 42 g/hari, 0.7 g/kg/hari atau 49 g/hari atau 0.8 g/kg/hari atau 56 g/hari, namun dari keseluruhan preskripsi diet ini tidak disarankan protein sebesar 0.5 g/kg/hari karena tidak ada yang memenuhi kebutuhan RDA treonin, leusin, lisin dan histidin.
Diet PLADO ini juga memperhatikan kandungan zat gizi mikro, diet ini banyak mengandung mineral potasium, fosfor, dan kalium namun tidak memenuhi pada piridoksin dan riboflavin sebagai rekomendasi pasien PGK. Kemudian, diet ini juga tidak memenuhi kebutuhan seperti zink dan magnesium. Secara umum, diet ini harus memperhatikan perubahan pola makan agar hasilnya maksimal serta pendampingan tenaga gizi baik nutrisionis dan dietisien. Dalam penerapan PLADO Diet ini, maka perlu dilakukan workshop bersama pakar-pakar gizi untuk pengaplikasian diet ini.
Kegiatan workshop yang disampaikan oleh Ibu Triyani memberikan contoh dalam diet rendah protein sebesar ±38 g pada kasus dewasa, terdiri dari ayam dan telur memberikan kontribusi sebesar 25% serta protein nabati dari tempe, wortel, pepaya, nanas, madu dan nasi menyumbang sebesar 65%. Soal kasus yang diberikan saat workhsop yaitu jenis kelamin laki-laki bernama Tn. KS. Tanggal lahir 17 Mei 1973 (49 tahun) mengunjungi dokter spesialis penyakit dalam sub spesialis ginjal hipertensi dalam rangka kontrol untuk hipertensi nya. Diagnosis medis yaitu Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Riwayat Hipertensi, hiperkholesterol, hiperurisemia. Dokter mengatakan perlu mengatur makanan/diet dan dokter meminta persetujuan untuk di refer ke Dietisien. Tujuan di refer ke dietisien dikatakan mendapatkan konseling gizi agar dapat mempertahankan sisa fungsi ginjal dan tidak cepat dilakukan terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisis/CAPD/ transplantasi, karena pasien belum bersedia dan belum siap dengan terapi pengganti yang disarankan dokter. Tujuan Intervensi dalam kasus ini adalah membantu memperbaiki kadar laboratorium dalam darah agar fungsi ginjal sisa/eGFR dapat dipertahankan dan meningkatkan pengetahuan dengan memberikan edukasi diet rendah protein. Rencana pemberian diet rendah protein. Rendah kalium, Rendah purine dan rendah lemak jenuh. Untuk kebutuhan energi sebesar 2142 Kal, protein sebesar 37-38 g, lemak sebesar 71 g, karbohidrat sebesar 334 g dan natrium sebesar 2300 mg.
Pada kasus diatas ini diberikan anjuran diet yang diberikan yaitu pola makan 3x sehari dan selingan 2-3x sehari. Diet rendah protein, rendah garam dan rendah lemak jenuh, rendah purin/asam urat, rendah kalium. Untuk minyak/lemak lebih baik gunakan minyak canola/zaitun/minyak bunga matahari/minyak alpukat/virgin coconut oil. Konsumsi buah 2x sehari, idealnya buah di stup seperti koktail buah. Namun, tidak dianjurkan buah pisang, alpukat dan belimbing. Narasumber dalam workshop ini, menyampai juga jangan berlebihan mengonsumsi protein, hanya 1 potong setiap kali makan. Bila protein hewani akan diganti protein nabati/tahu/tempe boleh saja. Berat protein hewani 40 gram dapat ditukar dengan tempe 70 g atau tahu 140 g, bukan berarti harus semua nya protein nabati atau tidak boleh hewani. Kombinasi protein hewani dan nabati akan tetapi nabati bisa lebih dari 50%. Makanan/masakan juga jangan terlalu asin, dalam sehari 5 gram garam atau 1 sendok teh saja. Makanan tinggi kalium seperti pisang, jeruk, alpukat, bayam, tomat, kentang tidak direkomendasikan. Sayur dianjurkan tumis/tidak berkuah banyak dan direndam dahulu sebelum dimasak. Hal yang harus diperhatikan dalam PLADO Diet berisiko mengalami hiperkalimia sehingga tenaga gizi perlu strategi dalam mengurangi kelebihan kalium. Startegi untuk mengurangi kalium yaitu potong-potong bahan makanan (sayur & buah) kemudian rendam bahan makanan selama 2 jam dengan air hangat dengan perbandingan bahan dan air (1:10), buang air rendaman, cuci di air yang mengalir, masak bahan makanan dengan air, banyaknya air 5 kali bahan makanan (perbandingan 1:5), untuk menambah rasa pada buah, tambahkan gula seperti membuat koktil buah dan untuk sayur dimasak seperti biasa setelah direndam.
Peran tenaga gizi dalam memberikan informasi dan pengetahuan dalam PLADO Diet ini perlu dilakukan untuk memastikan kebutuhan gizi tercukupi dengan baik serta melakukan evaluasi terhadap progress diet ini. Beberapa langkah yang dapat diberikan oleh tenaga gizi yaitu, 1) memberikan edukasi LPD (Low Protein Diet) dengan >50% dari protein nabati, (2) melakukan wawancara terhadap penilain asupan makanan menggunakan buku harian diet (food diary) 3 hari, 3) melakukan penilaian status gizi sederhana seperti mengukur lipatan kulit trisep dan bisep, 4) mengukur estimasi persen lemak tubuh menggunakan analisis bioimpedansi (BIA) (5) mengukur Malnutrition-Inflammation Score (MIS) dan (6) uji kekuatan dengan Hand Grip Strength (HGS). Edukasi gizi bersama dengan evaluasi biasanya memakan selama 30 menit hingga 1 jam dari setiap kunjungan sesuai dengan data jadwal yang telah ditentukan dalam poli gizi.
Secara umum banyak manfaat dari PLADO Diet yang didominasi sumber dari tumbuhan yang kaya serat dan rendah protein dapat memberikan hasil perubahan positif pada mikrobioma usus, serta mengurangi risiko kardiovaskular. PLADO Diet ini juga menyehatkan jantung, aman dan fleksibel serta disarankan perlu pemantauan ketat dan tepat dalam penilaian status gizi secara teratur oleh tenaga gizi baik nutrisionis dan dietisien.