M. Alfatih Alfien A F M, Deasy Andesbrenta Sadikin, Indah Ratnasari
Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) dipimpin oleh Ketua Umum, Ibu Kombes (Pol). Rudatin, SSt.MK, SKM, M.Si. menyambangi kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka audiensi ketua umum DPP PERSAGI yang baru dan membangun kerjasama untuk mensukseskan program pemerintah dalam percepatan penurunan angka stunting.

Berdasarkan data terbaru pada tanggal 15 Februari, anggota PERSAGI yang terdaftar dalam sistem ada sebanyak 46.978 orang. Sebaran tenaga gizi terbanyak ada di pulau Jawa yaitu, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, sedangkan sebaran tenaga gizi paling sedikit ada di Kalimantan Utara, Kep. Riau, dan Papua. Tenaga gizi/ahli gizi adalah lulusan pendidikan (D3, D4 atau S1) gizi yang memiliki kompetensi dalam pendampingan keluarga. Pendampingan diangkat kembali untuk menurunkan nilai stunting secara nasional.
Ada 12 Provinsi yang diprioritaskan dalam penanganan stunting. Dukungan sasaran yang akan dikawal PERSAGI, meliputi 7 provinsi tertinggi, yaitu; NTT, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Provinsi Aceh. Selain itu, lima provinsi absolut tertinggi, seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Provinsi Banten. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Bapak drg. Agus Suprapto, M.Kes menyarankan agar memberikan apresiasi kepada tenaga gizi yang melakukan pendampingan keluarga dalam bentuk pemberian kredit Standar Kompetensi Profesi (SKP) sesuai lama pendampingan dan jumlah keluarga yang didampingi.

Fokus lain dalam penurunan stunting, yaitu intervensi yang dimulai dari remaja putri, calon pengantin (CATIN), ibu hamil dan balita. Salah satu bentuk intervensinya adalah program telorisasi/ikanisasi atau pemberian telur/ikan setiap hari untuk meningkatkan asupan protein dan perbaikan status gizi remaja. Intervensi remaja ini dimaksudkan ke Pesantren/Boarding School/Katering. Penyelenggaraan Makan Sekolah dengan dana yang minim. Sekolah boarding ini kedepannya akan dilakukan standarisasi agar santri tetap mendapatkan gizi seimbang.
Ketua Bidang Organisasi PERSAGI, Bapak Taufik Maryusman, S.Gz, M.Gizi. mengatakan untuk audiensi ke depannya diarahkan ke Kemendikbud Ristek dan Kemenag terkait borang akreditasi untuk dapat memasukan poin pola asuh gizi seimbang yang diberikan institusi terhadap pelajarnya. Kemendikbud Ristek untuk mulok pendidikan dan Kemenag terhadap penerapan gizi seimbang di Pesantren dan Boarding School.

Saat ini PERSAGI sedang melakukan proses MoU dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mendukung pendampingan hingga tingkat keluarga. Edukasi kepada CATIN, melalui psikologi gizi karena di lapangan setiap hari ada yang menikah. Pendekatan ini juga akan dibahas pada audiensi dengan Kemenag. Untuk Ibu hamil, pemberian edukasi juga diharapkan menyasar kepada suami agar hasil intervensi maksimal, diterapkan dan didukung keluarga. Salah satu contoh edukasinya seperti edukasi terkait merokok oleh suami di depan Ibu hamil ataupun anak balita. Edukasi bukan ditujukan pada arah kesehatan suami, tetapi tanggung jawab untuk menjaga anak dan keluarga.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.