Oleh: Nazhif Gifari, DPP PERSAGI
Momen Hari Kesehatan Dunia ini dengan tema “World Health Day 2021: The Most Important Things to Know” merupakan menjadi momentum perbaikan kesehatan masyarakat Dunia dan Indonesia tentunya dari segi gizi kita perlu memperhatikan konsumsi kedelai serta olahannya dengan segala kelebihannya yang berpotensi untuk memperbaiki status kesehatan masyakat Indonesia lebih sehat dan produktif.
Konsumsi dan Aspek Kesehatan
Data studi diet total tentang survey konsumsi makanan individu Tahun 2014 pada kacang kedelai dan olahanya di Indonesia sebesar 52.7 g per hari dibanding kacang-kacangan dan olahan lainnya. Konsumsi kedelai ini menyumbang sekitar 92.9 persen dari rerata konsumsi kacang-kacangan penduduk Indonesia. Berdasarkan beberapa studi tentang konsumsi pangan berbahan baku kedelai ini memilki dampak positif dalam perbaikan kesehatan sehingga perlu untuk dioptimalkan.
Tahun 2019, Badan Pusat Statistik mengeluarkan data pengeluaran untuk konsumsi Penduduk Indonesia, provinsi terbesar rata-rata pengeluaran tertinggi di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Kepulauan Riau. Jika dibandingkan dengan pengeluaran sumber protein lainnya seperti ikan, daging, telur dan susu ternyata pengeluaran konsumsi kacang-kacangan cenderung rendah hanya sebesar Rp 11.489 per kapita sebulan.
Pertama, konsumsi pangan kedelai berpotensi menurunkan risiko kanker payudara. Perlu kita lihat data di Indonesia, ternyata kejadian kanker payudara merupakan kasus paling banyak sebesar 16.7% di ikuti dengan kejadian kanker serviks sebesar 9.3%, kanker paru-paru dan kanker usus besar sebesar 8.6% berdasarkan data WHO tahun 2019. Penelitian cukup menarik yang dilakukan oleh Wang et al di Tahun 2019 dengan desain case control, mengungkapkan bahwa konsumsi 10g/harian tahu dapat menurukan risiko 10% kanker payudara. Tentu hasil riset ini menjadi kabar bahagia bagi masyarakat untuk bisa memaksimalkan kesembuhan kanker dengan konsumsi tahu disertai kombinasi pengobatan medis lainnya. Data prevalensi kanker ini menjadi tantangan tersendiri, setiap bulan Februari kita peringati Hari Kanker Sedunia serta sebagai harapan akan kesembuhan dari penyakit kanker payudara ini.
Kedua, pangan kedelai dan olahannya tidak hanya sebagai sumber protein akan tetapi mengandung 12 jenis isoflavon yang bermanfaat bagi tubuh. Isoflavon ini merupakan senyawa bioaktif sebagai antioksidan yang mampu mengikat radikal bebas. Kandungan isoflavon dalam pangan olahan juga memiliki manfaat untuk menurunkan risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2. Perlu di pahami bahwa kandungan isoflavon paling dominan yang terdapat di kedelai adalah genistein dan daidzein.
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada penduduk >18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar 34,11%, yang artinya dari 3 orang terdapat 1 orang mengalami hipertensi. Hasil penelitian Meta Analisis oleh Liu et al Tahun 2012, melaporkan bahwa asupan isoflavon sebesar 65-153mg/hari menunjukkan efek yang signifikan dan lebih besar pada penurunan SBP di antara hipertensi (5.9 mmHg). Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah perkotaan oleh Rivan et al Tahun 2018 di Malaysia, bahwa terdapat hubungan antara konsumsi tinggi isoflavon pada wilayah perkotaan dengan indikator rata-rata SBP lebih rendah, dengan asupan 1 mg isoflavon diperkirakan menurunkan SBP sebesar 7,97 mmHg. Hasil penelitian lainnya oleh Nozue et al tahun 2017, konsumsi kedelai fermentasi berbanding terbalik dengan tekanan darah tinggi yang diamati pada pupulasi selama lima tahun di Jepang. Dari beberapa penelitian ini, ditemukan kandungan isoflavon pada kedelai dan olahannya memiliki potensi untuk membantu menormalkan tekanan darah sehingga mengonsumsi pangan olahan kedelai bisa menjadi alternatif solusi.
Ketiga, secara umum protein nabati mengandung asam amino arginin, glisin, dan alanin tingginya rasio arginin dan alanin ini dihubungkan dengan penurunan pengeluaran insulin sehingga menghambat metabolisme lemak tubuh. Pada uji klinis manusia dengan mengonsumsi 25 gram hingga 50 gram protein kedelai per hari dapat menurunkan LDL sekitar 4% hingga 8% serta memperbaiki profil lipid khususnya pada individu yang mengalami hiperkolesterolemia. Jika dibayangkan berat gramasi tesebut, sekitar 150 gram tempe atau 3 potong tempe tiap hari tentunya ini dipengaruhi oleh proses pemasakan yang tepat. Hasil penelitian lainnya dengan uji klinis pada manusia disimpulkan bahwa konsumsi kedelai juga dapat menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) 4,98% dan meningkatkan HDL 3,00%. Oleh karena itu, dari berbagai hasil penelitian konsumsi kedelai dan profil lipid memiliki hubungan yang positif bagi kesehatan masyarakat Indonesia.
Sebagian besar urain diatas mencerminkan masalah penyakit tidak menular yang sebenanrnya bisa dicegah dan diatas dengan pengaturan konsumsi, gaya hidup dan sress yang baik. Bahkan data dari BPJS Kesehatan pada pelayanan dengan biaya terbanyak tahun 2017 pada masalah penyakit tidak menular di Indonesia menempati lima peringkat ke atas seperti penyakit jantung (Rp 9 Triliun), penyakit kanker (3 triliun) dan penyakit stroke (2,2 triliun). Oleh karena itu, perlunya kesadaran masyarakat Indonesia untuk merubah perilaku gaya hidup lebih sehat dan menjaga kesehatan.
(Naz)*
__________________________________
*Nazhif Gifari/ Anggota Bidang Ilmiah, DPP PERSAGI