INDONESIAN NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN 1989-2005: POVERTY AND HOUSEHOLD FOOD SECURITY, DIETARY DIVERSITY AND INFECTION: WHICH IS THE MOST IMPORTANT RISK?
Article Sidebar
Main Article Content
Abstract
STATUS GIZI ANAK INDONESIA 1989-2005 DAN FAKTOR RISIKO TERPENTING
Indonesia berhasil mengendalikan masalah gizi-mikro, kurang vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), dengan mengembangkan program-program yang berbasis komunitas. Namun demikian, kurang energi protein masih masalah. Walaupun besar masalah gizi berkurang cukup bermakna selama 25 tahun terakhir, namun risiko gagal tumbuh pada usia penyapihan berdampak pada semua sektor ekonomi dan menjadi kendala pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup. Makalah ini mengupas risiko faktor kemiskinan, keamanan pangan keluarga, keanekaragaman pangan dan infeksi penyakit terhadap gagal tumbuh anak Indonesia. Sumber data adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 1989-2005. Data yang diolah meliputi konsumsi rumahtangga, data kesehatan individu dari modul gizi. Status gizi diukur menurut Z-skor yang mengacu pada rujukan internasional, NCHS. Pengolahan menggunakan alat bantu komputer. Selama 10 tahun terakhir, status gizi anak Indonesia tidak berubah secara bermakna dan rendahnya cakupan ASI eksklusif merupakan penyebab penting. Proporsi ibu yang mengaku menyusui sampai 12 bulan sebesar 75 persen, tetapi makanan pendamping telah diperkenalkan terlalu dini. Ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif hingga enam bulan sebesar 12 persen dan rendahnya berperan terhadap gagal tumbuh bayi pada bulan ke 4 sampai ke 18. Penyebab utama gagal tumbuh anak-anak tersebut adalah infeksi penyakit dan rendahnya konsumsi makanan padat energi. Pola dasar penyebab gagal tumbuh anak ini dijumpai pada semua kelompok ekonomi. Anak-anak kelompok kuintil ekonomi terbawah yang terbanyak anak yang gagal tumbuh, namun tiga kelompok di atasnya tidak jauh berbeda. Anak dalam kelompok ekonomi teratas, berhasil mengurangi risiko gagal tumbuh walau masih dalam pola umum gagal tumbuh dan dalam rentang satu simpang baku di bawah baku internasional. Sementara kelompok lain berada dalam rentang 1,5 simpang baku di bawah baku internasional. Masalah ekonomi bersama-sama dengan faktor sanitasi lingkungan, akses kepada air bersih dan pendidikan yang rendah merupakan penyebab yang dominan. Pergeseran prioritas pengeluaran sedikit saja akan berdampak pada status gizi karena hampir 70 persen pendapatan penduduk Indonesia di bawah satu dolar per orang per hari. Sejak program gizi dilimpahkan kepada kewenangan pemerintah daerah, penanganan masalah gizi menghadapi kendala keterbatasan jumlah dan ketrampilan tenaga pelaksana. Gagal tumbuh pada anak usia penyapihan menjadi tantangan yang berat bagi perbaikan gizi masyarakat di Indonesia. Kerjasama pemerintah, keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, lembaga-lembaga non pemerintah, lembaga-lembaga donatur non pemerintah akan sangat berarti dalam menurunkan masalah ini.
Katakunci: gagal-tumbuh, anak usia penyapihan, gizi masyarakat, kemiskinan.
Downloads
Article Details
Authors who publish with Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to remix, adapt, build upon the work non-commercially with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association).
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).