THE RESPONSE OF BITOT’S SPOT COMMUNITY VITAMIN A DEFICIENCY CONTROL PROGRAMMES IN NEPAL AMONG CHILDREN AGED 6-120 MONTHS
Article Sidebar
Main Article Content
Abstract
Tujuan dari studi adalah untuk mereview karakteristik dan faktor risiko untuk kasus Bitot’s spot
yang tidak memberikan respon terhadap terapi yang dilakukan pada saat diagnosis dan juga pada
saat pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi yang dilakukan enam bulan sekali. Faktor risiko ini
dibandingkan juga dengan kasus bitot’s spot yang sebelumnya diidentifikasi di tempat pelayanan
kesehatan. Anak-anak yang terdaftar pada Nepal Vitamin A Child Survival Projectdiperiksa setiap
tahun. Analisis dilakukan dengan membandingkan anak-anak dengan bitot’s spot pada saat data
dasar yang selanjutnya dipisahkan antara yang memberikan respon dan yang tidak memberikan
respon terhadap terapi yang dilakukan, serta memperhatikan karakteristik menurut individu,
rumahtangga, dan masyarakat. Analisis dilakukan dengan dua cara bivariate (chi square and ttest)dan multivariate (stepwise logistic regression). Dijumpai 62% anak dengan bitot’s spot pada
saat data dasar yang diperiksa 12 bulan setelah mendapat terapi kapsul vitamin A dan juga yang
mendapat kapsul vitamin A dua kali setahun. Ditemukan faktor yang berpengaruh pada kasus
bitot’s spot yang tidak memberikan respon terhadap terapi vitamin A mempunyai karateristik pada
umumnya laki-laki, kurus, tidak mendapat kapsul vitamin A yang didistribusi di tingkat masyarakat,
dan bagian mata yang terkena bitot’s spot (tempotal and nasal quadrant vs temporal alone). Untuk
karakteristik tingkat masyarakat, kasus bitot’s spot yang tidak memberi respon terhadap terapi
kapsul vitamin A pada umumnya kasus yang tidak tinggal dalam lokasi studi, tinggal di wilayah
dataran rendah, dan terutama di Kabupaten Parsa. Faktor risiko yang paling berpengaruh
bervariasi berdasarkan tempat tinggal dan umur. Untuk anak yang tinggal di daerah pegunungan,
kurang gizi (menurut BB/U) merupakan faktor risiko yang cukup signifikan. Untuk anak yang
tinggal di dataran rendah, faktor risiko yang berpengaruh adalah cara intervensi, lokasi bitot’s spot,
jenis kelamin, lingkar lengan atas, dan mendapat kapsul sedikitnya dua kali. Untuk anak kurang
dari 60 bulan faktor risiko yang terpenting adalah lokasi bitot’s spot di mata, sedangkan untuk
anak 60-120 bulan faktor risiko yang terpenting adalah tidak mendapat kapsul di lokasi studi, jenis
kelamin, umur, ketebalan kulit, lingkar lengan atas, tinggi badan, berat badan menurut tinggi
badan dan menerima kapsul kurang dari dua kali. Studi ini juga membenarkan faktor risiko
berkaitan dengan kasus bitot’s spot yang tidak memberikan respon terhadap terapi kapsul vitamin
A di pelayanan kesehatan di Indonesia terjadi juga pada pelayanan yang dilakukan langsung ke
masyarakat. Studi yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan di Indonesia menunjukkan 25%
dari anak penderita bitot’s spot tidak memberikan respon terhadap terapi yang diberikan.
Sedangkan di Nepal, dari studi ini menunjukkan lebih dari 35% kasus bitot’s spot tidak
memberikan respon terhadap terapi yang diberikan melalui disitribusi kapsul vitamin A di
masyarakat. Studi ini tidak menunjukkan bahwa umur merupakan faktor yang berpengaruh untuk
tidak memberikan respon, yang ditunjukkan adalah untuk kelompok umur tertentu faktor risikonya
yang berbeda, dimana anak yang lebih muda lokasi bitot’s spot pada mata menentukan akan
memberikan respon atau tidak terhadap terapi yang diberikan, sedangkan untuk anak yang lebih
tua faktornya adalah status gizi dan juga dosis vitamin A.
Key Words:Non-responsive Bitot’s spots, vitamin A deficiency, community intervention, Nepal,
vitamin A supplementation
Downloads
Article Details
Authors who publish with Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to remix, adapt, build upon the work non-commercially with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association).
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).